SEJARAH SIKAP PARTAI KRISTEN DAN KATOLIK
Sikap Partai Kristen dan Katolik
Sikap Partai Kristen dan Katolik yang demikian, menurut Mr. A. K. Pringgodigdo, sebagai akibat kedua partai tersebut dipimpin oleh belanda. tidak mungkin berpihak pada gerakan kebangkitab kesadaran nasional yang sikapnya anti Imperialis Belanda. Dijelaskan bahwa Christelijke Ethische Partaij - C.E.P pada akhir 1930 berganti nama menjadi Christeliik Staatkundige Partij - C.S.P yang dipimpin oleh C.C. van Helsdingen. Sedangkan Indische Katholieke Partij - I.K.P didirikan November 1918 dipimpin oleh P. Kerstens.
Ditambahkan selanjutnya,terdapat juga organisasi yang dipimpin orang Belanda, Politik Economische Bond - P.E.B didirikan pada I919. Pimpinannya yang terkenal adalah E.A.J.N. Engelenberg. P.E.B. ini merasa kuat karena didukung golongan ambienar yang ingin naik pangkat menjadi Boepati.
Ketiga organisasi, C.S.P, I.K.P, dan P.E.B dipimpin orang-orang Belanda, tidak sejalan dengan cita-cita perjuangan bangsa Indonesia yang ingin menegakkan kembali kedaulatan bangsa dan negara Indonesia," bebas dari penjajahan Belanda. Oleh karena itu, ketiga organisasi tersebut hanya mendapat dukungan dari ketiga organisasi Parindra, Gerindo, dan Parpindo yang memiliki strategi dan sikap yang sama. Ketiga organisasi itu juga dipimpin para prijaji dan intelektual yang berpendidikan Barat tanpa mengalami pendidikan pesantren.
Menghadapi politik pecah belah pemerintah kolonial Belanda, umat Islam Indonesia dalam menghadapi Perang Asia Timur Raya, 1941 1945 M, menjadi terselamatkan karena para Ulama dan pimpinan partai politik Islam berhasil menyatukan wawasan gerak juangnya dalam wadah Madjlis Islam A'la Indonesia sejak 15 Rajab 1356, Selasa Wage, 21 September 1937.
Suatu prestasi kejuangan dari umat Islam yang luar biasa. Berhasil menyatukan gerak juang Oelama Ahli Soennah Wal Djamaah dengan Oelama Wahabi. Bersama pimpinan partai politik Islam: Partai Sjarikat Islam Indonesia dan Partai Islam Indonesia dalam satu wadah Madjlis Islam A'la Indonesia. Suatu maielis. yang dinilai sebagai organisasi Islam tertinggi daripada organisasi anggotanya.
Dapat dibayangkan betapa kerasnya suasana debat furu’ dan khilafiah antara Oelama Wahabi dengan Oelama Ahli Soennah Wal Djamaah. Hampir terlupakan kerusakan keimanan dan ketauhidan di kalangan rakyat, sebenarnya sebagai dampak dari penindasan pemerintah kolonial Belanda dengan para pembantu setianya dari kalangan Prijaji, dan Boepati melalui sistem Tanam Paksa, 1830 - 1919 M. Juga terlupakan bahwa proses perpecahan antar Ulama dan pimpinan partai politik Islam,
produk politik divide and rule dari pemerintah kolonial Belanda yang melaksanakan program penjajahan Keradiaan Protestan Belanda.
Perlu diperhatikan tidak semua Boepoti yang bersikap menentang Islam menjadi pendukung Aliran Kedjawen atau Kesunden. Contohnya, Regent Bandoeng, R.A.A. Wiranata Koesoemo, I941, menulis Riwajat Kondjeng Nabi Moehommad S.A.W. dikeloearkeun Koe Islam Studieclub Bandung.
Dalam buku ini, R.A.A. Wiranata Koesoemah dalam menuturkan Sejarah Rasulullah SAW tidaklah sedikit pun dibelokkan pengertiannya. Apalagi tidak ada tulisan yang bertujuan menghina Rasulullah SAW, seperti media cetak, Djawi Hisworo yang diterbitkan Boedi Oetomo melakukan penghinaan terhadap Rasulullah SAW. Termasuk media cetak, Madjalah Bangoen , dan Swara Oemoem dari Partai Indonesia Raja yang dipimpin Dr. Soetomo.
0 Response to "SEJARAH SIKAP PARTAI KRISTEN DAN KATOLIK"
Post a Comment