PERANG DAMPAK POLITIK JALAN BUNTU - sdn215tjsari

PERANG DAMPAK POLITIK JALAN BUNTU

PERANG DAMPAK POLITIK JALAN BUNTU
 
Perang Dampak Politik jalan Buntu

Pada Perang Dunia |, 1914 1919 M, Keradjaan Protestan Belanda netral tidak berpihak pada kedua blok yang sedang berperang. Di satu pihak disebut sebagai Blok Sekutu terdiri dari negara Perancis, inggris, Rusia, Amerika Serikat, Belgia, Italia, dan Jepang. Di pihak lain, disebut Blok Sentral terdiri dari negara Jem1an, Austria, Kesultanan Turki, dan Bulgaria. Mengapa terjadi pecah perang antarnegara imperialis Barat?

Perang dapat terjadi kalau politik menemui jalan buntu. Selanjutnya, Carl von Clausewitz dalam On War menyatakan war is a clash between major interest perang terjadi benturan antar kepentingan utama dan politik merupakan rahim. Sebenarnya perang terjadi jauh sebelumnya merupakan embrio yang sangat kecil, tersembunyi dalam rahim, tumbuh berkembang secara terus menerus, lahirlah sebagai bayi yang besar. Pecahlah perang dengan terang terangan.

Selain itu, Carl von Clausewitz juga menjelaskan bahwa war as an instrument of politics perang sebagai instrumen politik. Lalu, apa yang dimaksud dengan politik. Carl von Clausewitz menambahkan politics as an objective interests of the government and of the citizens as modified by ambitions, personal interests, and vanities politik sebagai tujuan dari interes pemerintah dan warga negara yang diubah oleh ambisi ambisi, kepentingan pribadi, dan opini pribadi yang berlebihan.

Setiap negara yang terlibat dalam perang, dapat dipastikan secara politik mempunyai kepentingan tertentu. Adapun terbentuknya kedua blok tersebut diikat dengan kesamaan atau perbedaan kepentingan sehingga kepentingan tersebut menentukan statusnya sebagai lawan atau kawan. Dalam politik berlaku adagium, there is no permanent friend and enemy. But there is permanent interest.
Dapat dilihat Jepang, dalam upayanya memperoleh tanah jajahan Jerman di Samudra Pasifik, dalam Perang Dunia I, berpihak pada Blok Sekoetoe. Sebaliknya

pada Perang Dunia ll, Jepang berpihak pada Axis Pact jerman melawan Allied Forces Sekoetoe. Demikian pula Kesultanan Turki pada Perang Dunia | berpihak pada Kekaisaran Jerman. Kemudian pada Perang Dunia II menjadikan Republik Sekuler Turki berpihak pada Sekoetoe dan Austria dalam Perang Dunia | berpihak pada ]erman. Akan tetapi, pada Perang Dunia II tidak berpihak pada Jerman karena jerman mencaplok Austria.
 
 Efek Peringatan 100 Tahun Kemerdekaan

Di bawah kondisi Eropa yang sedang terlibat dalam perang antar negara imperialis, para Ulama dan pimpinan Centraal Sjarikat Islam mencoba memanfaatkannya, sekaligus memanfaatkan kesadaran Keradjaan Protestan Belanda yang baru merayakan seratus tahun Keradjaan Protestan Belanda pada 1813-1913 M dari penjajahan Kekaisaran Perancis. Perayaan tersebut juga dirayakan pemerintah kolonial Belanda di Indonesia dengan biaya bangsa Indonesia yang sedang dijajahnya. Ketika Kerajaan Protestan Belanda merayakan makna kemerdekaan dan anti penjajahan, para Ulama memanfaatkannya untuk menuntut kemerdekaan Indonesia.

Pertama, Ulama dan pimpinan organisasi politik Islam memelopori menuntut Pemerintah Sendiri, Zelfbestuur, Self Government, dun Indonesia Berparlemen sebagai keputusan National Congres Centraal Sjarikat Islam di Bandung, 17-24 Juni I916. Bertujuan memperjuangkan Indonesia Merdeka don tegaknya pemerintahan yang demokratis dengan adanya Parlemen.

Kedua, mencoba membangun organisasi kesenjataan modern melalui Indie Weerbaar Actie. Bertujuan untuk membangkitkan kembali semangat juang keprajuritan pemuda.

Tuntutan Indie Weerbaar itu dapat dipahami kalau ditolak karena Kerajaan Protestan Belanda tidak terlibat dalam Perang Dunia |. Penolakannya berlanjut terhadap usul kesediaan umat Islam dalam milisi dienstplicht untuk menghadapi Perang Dunia II. Keradjaan Protestan Belanda terlibat dalam Perang Dunia “ pada 1939-1945 M. dan telah diduduki Jerman pada 10 Mei 1940. Pemerintah kolonial Belanda menghadapi Perang Asia Timur Raya pada 1941 1945 M. Namun karena takut akan digunakan menumbangkan pemerintah kolonial Belanda maka upaya umat Islam untuk berpartisipasi dalam pembentukan organisasi kemiliteran modern tetap ditolak.

Sikap pemerintah kolonial Belanda yang demikian ini terjadi karena pimpinan partai-partai non religius dan sekuler, seperti Partai lndonesia Raja Parindra, Gerakan Rakjat Indonesia, Gerindo, Partai Persatoean Indonesia Parpindo, serta partai non Islam, yaitu Partai Kristen dan Partai Katolik dengan politik asosiasinya berpihak dan memertahankan penjajahan pemerintah kolonial Belanda dan Keradjaan Protestan Belanda.

0 Response to " PERANG DAMPAK POLITIK JALAN BUNTU"

Post a Comment

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2