LATAR BELAKANG PENGHINAAN RASULULLAH SAW
Perlu diperhatikan tidak semua Boepoti yang bersikap menentang Islam menicdi pendukung Aliron Kediowen atau Kesunden. Contohnya, Regent Bandoeng, R.A.A. Wiranata Koesoemo, I941, menulis Riwaiat Kondieng Nobi Moehommad S.A.W. dikeloearkeun Koe Islam Studieclub Bandung.
Dalam buku ini, R.A.A. Wiranata Koesoemah dalam menuturkan Sejarah Rasulullah saw tidaklah sedikit pun dibelokkan pengertiannya. Apalagi tidak ada tulisan yang bertujuan menghina Rasulullah saw, seperti media cetak, Djawi Hisworo yang diterbitkan Boedi Oetomo melakukan penghinaan terhadap Rasulullah saw. Termasuk media cetak, Madjalah Bangoen , dan Swara Oemoem dari Partai Indonesia Raja yang dipimpin Dr. Soetomo.
Latar Belakang Penghinaan terhadap Rasulullah saw
Untunglah perpecahan antarulama dan organisasinya tidak terjadi berkelanjutan karena adanya serangan dalam bentuk penghinaan terhadap Rasulullah saw.
Pertama, dilancarkan media Boedi Oetomo bernama Djawi Hisworo, 9 dan 11 Januari 1918 M. Reaksi terhadap tuntutan Pemerintahan Sendiri Zelfbestuur dan Indonesia Berparlemen dari keputusan National Congres Centraal Sjarikat Islam di Bandung, 17 24 Juni 1916.’ Apabila benarbenar Zelfbestuur berhasil maka kedudukan para Boepati atau Regent pendukung utama Boedi Oetomo sebagai organisasi yang didirikan oleh Dr. Soetomo, memprediksi akan tergeser kedudukannya oleh Ulama atau pimpinan Sjarikat Islam. Apa bila Indonesia Merdeka maka Keradjaan Protestan Belanda pun akan mengalami kemunduran.
Kedua, majalah Swara Oemoem, 18 Djuni 1930 yang dipimpin oleh Dr.Soetomo melalui artikel yang ditulis oleh Homo Soem melancarkan aksi anti haji dan anti Islam. Lebih baik dibuang ke Digul daripada pergi Naik Haji ke Makkah. Melalui tulisan yang demikian, Dr. Soetomo mendukung upaya pemerintah kolonial Belanda dengan Ordonansi Haji Tahun 1927 Stb. No.286 yang memperketat proses izin
3 Pcrjuanuan Sjarikal [slam membangkitkan kesadaran berpolitik nasmnal atas dasar Islam dirumuskan dalam proarnm Asas dan Program van Actic atau Program Perjuangan Sejarah mencatat bahwa peletak dasar dan pelopor perjuangan meruntuhkan penjajahan Kcradjnan Protcxtan Belanda di abad ke 20 MA adalah Sjankat Islam.
untuk Naik Haji dan larangan bagi Soeltan dan Boepati yang akan Naik Haji“ karena jika terjadi kontak Islam Indonesia dengan Islam Timur Tengah akan memperkuat gerakan kebangkitan kesadaran politik Islam yang dipelopori oleh Ulama.
Siapa sebenarnya Homo Soem penulis artikel tersebut? Dapat dibaca dari dialog antara Dr.Soetomo dengan K.H.Mas Mansoer yang dimuat dalam Madjalah Pengandjoer No 6 Tahun II, Djuli 1938. Homo Some sebenarnya adalah Dr. Soetomo, pendiri Boedi Oetomo, 20 Mei 1908.
Ketiga, penghinaan terhadap Rasulullah saw dilakukan oleh Harian Hoa Kiao yang mengangkat artikel Oei Boe Thai dan J.]. Ten Berge pada 25 April 1931. Semula artikel ini tidak mendapat tanggapan dari umat Islam karena bertuliskan huruf Cina dan Bahasa Mandarin. Namun, setelah majalah Pembela Islam dari Persatoean Islam menjelaskan isinya terjadi protes keras umat Islam.
Keempat, Parindra yangdipimpin oleh Dr. Soetomo dengan medianya Madialah Bangoen, 15 Oktober 1937, mengangkat dan mendukung artikel Siti Soemandari yang melancarkan penghinaan kepada Rasulullah saw. Tulisan ini mendukung Ordonansi Perkawinan, 1937 M, yang dibuat oleh pemerintah kolonial Belanda yang bertentangan dengan Sjariah Islam. Penghinaan terhadap Rasulullah saw dalam Majalah Bangoen, 15 Oktober 1937 tersebut juga sebagai reaksi Parindra, sebulan setelah berdirinya Madjlis Islam A'la Indonesia, 15 Rajab 1356, Selasa Wage, 21 September 1937.
Perlu dicacat mengapa Dr. Soetomo berani melakukan penghinaan terhadap Rasulullah saw secara berulang kali. Menurut pengakuan Dr. Soetomo kepada K.H. Mas Mansoer bahwa segenap benda di alam raya merupakan penjelmaan Tuhan dan manusia sebagai penjelmaan Tuhan yang paling akhir.
Secara hakikat, menurut Dr. Soetomo tidak membenarkan terhadap keyakinan adanya pemisahan antara Kholik dengan makhluk. Oleh karena itu, manusia sebagai penjelmaan Tuhan, tidak perlu melakukan shalat seperti yang diajarkan oleh Rasulullah saw. Adapun yang diutamakan adalah bertingkah laku rahman rahim sesama manusia. Akan tetapi, bagaimana sikapnya terhadap Rasulullah saw?
Walaupun Rasulullah saw juga manusia, bertolak dari pandangan Diawanisme atau Kedjawen, menjadikan Boedi Oetomo dan Parindra melalui medianya: Djawa Hisuoro, Swara Oemoem, Bangoen, berani melancarkan penghinaan terhadap Rasulullah saw.
4 Il AquSuxmntu. 198) PulmlIslamHimImBelumla LP3ES JakarlaJilm 204-201!»le Jumlah pcscrla Naxk Haji meningkat (crux Sampai dengan 1928nwncapal1umlah 43 028…qu Jumlah im merupakan numur dua lcrhanxak selama mama kolonial Belanda
Dalam buku ini, R.A.A. Wiranata Koesoemah dalam menuturkan Sejarah Rasulullah saw tidaklah sedikit pun dibelokkan pengertiannya. Apalagi tidak ada tulisan yang bertujuan menghina Rasulullah saw, seperti media cetak, Djawi Hisworo yang diterbitkan Boedi Oetomo melakukan penghinaan terhadap Rasulullah saw. Termasuk media cetak, Madjalah Bangoen , dan Swara Oemoem dari Partai Indonesia Raja yang dipimpin Dr. Soetomo.
Latar Belakang Penghinaan terhadap Rasulullah saw
Untunglah perpecahan antarulama dan organisasinya tidak terjadi berkelanjutan karena adanya serangan dalam bentuk penghinaan terhadap Rasulullah saw.
Pertama, dilancarkan media Boedi Oetomo bernama Djawi Hisworo, 9 dan 11 Januari 1918 M. Reaksi terhadap tuntutan Pemerintahan Sendiri Zelfbestuur dan Indonesia Berparlemen dari keputusan National Congres Centraal Sjarikat Islam di Bandung, 17 24 Juni 1916.’ Apabila benarbenar Zelfbestuur berhasil maka kedudukan para Boepati atau Regent pendukung utama Boedi Oetomo sebagai organisasi yang didirikan oleh Dr. Soetomo, memprediksi akan tergeser kedudukannya oleh Ulama atau pimpinan Sjarikat Islam. Apa bila Indonesia Merdeka maka Keradjaan Protestan Belanda pun akan mengalami kemunduran.
Kedua, majalah Swara Oemoem, 18 Djuni 1930 yang dipimpin oleh Dr.Soetomo melalui artikel yang ditulis oleh Homo Soem melancarkan aksi anti haji dan anti Islam. Lebih baik dibuang ke Digul daripada pergi Naik Haji ke Makkah. Melalui tulisan yang demikian, Dr. Soetomo mendukung upaya pemerintah kolonial Belanda dengan Ordonansi Haji Tahun 1927 Stb. No.286 yang memperketat proses izin
3 Pcrjuanuan Sjarikal [slam membangkitkan kesadaran berpolitik nasmnal atas dasar Islam dirumuskan dalam proarnm Asas dan Program van Actic atau Program Perjuangan Sejarah mencatat bahwa peletak dasar dan pelopor perjuangan meruntuhkan penjajahan Kcradjnan Protcxtan Belanda di abad ke 20 MA adalah Sjankat Islam.
untuk Naik Haji dan larangan bagi Soeltan dan Boepati yang akan Naik Haji“ karena jika terjadi kontak Islam Indonesia dengan Islam Timur Tengah akan memperkuat gerakan kebangkitan kesadaran politik Islam yang dipelopori oleh Ulama.
Siapa sebenarnya Homo Soem penulis artikel tersebut? Dapat dibaca dari dialog antara Dr.Soetomo dengan K.H.Mas Mansoer yang dimuat dalam Madjalah Pengandjoer No 6 Tahun II, Djuli 1938. Homo Some sebenarnya adalah Dr. Soetomo, pendiri Boedi Oetomo, 20 Mei 1908.
Ketiga, penghinaan terhadap Rasulullah saw dilakukan oleh Harian Hoa Kiao yang mengangkat artikel Oei Boe Thai dan J.]. Ten Berge pada 25 April 1931. Semula artikel ini tidak mendapat tanggapan dari umat Islam karena bertuliskan huruf Cina dan Bahasa Mandarin. Namun, setelah majalah Pembela Islam dari Persatoean Islam menjelaskan isinya terjadi protes keras umat Islam.
Keempat, Parindra yangdipimpin oleh Dr. Soetomo dengan medianya Madialah Bangoen, 15 Oktober 1937, mengangkat dan mendukung artikel Siti Soemandari yang melancarkan penghinaan kepada Rasulullah saw. Tulisan ini mendukung Ordonansi Perkawinan, 1937 M, yang dibuat oleh pemerintah kolonial Belanda yang bertentangan dengan Sjariah Islam. Penghinaan terhadap Rasulullah saw dalam Majalah Bangoen, 15 Oktober 1937 tersebut juga sebagai reaksi Parindra, sebulan setelah berdirinya Madjlis Islam A'la Indonesia, 15 Rajab 1356, Selasa Wage, 21 September 1937.
Perlu dicacat mengapa Dr. Soetomo berani melakukan penghinaan terhadap Rasulullah saw secara berulang kali. Menurut pengakuan Dr. Soetomo kepada K.H. Mas Mansoer bahwa segenap benda di alam raya merupakan penjelmaan Tuhan dan manusia sebagai penjelmaan Tuhan yang paling akhir.
Secara hakikat, menurut Dr. Soetomo tidak membenarkan terhadap keyakinan adanya pemisahan antara Kholik dengan makhluk. Oleh karena itu, manusia sebagai penjelmaan Tuhan, tidak perlu melakukan shalat seperti yang diajarkan oleh Rasulullah saw. Adapun yang diutamakan adalah bertingkah laku rahman rahim sesama manusia. Akan tetapi, bagaimana sikapnya terhadap Rasulullah saw?
Walaupun Rasulullah saw juga manusia, bertolak dari pandangan Diawanisme atau Kedjawen, menjadikan Boedi Oetomo dan Parindra melalui medianya: Djawa Hisuoro, Swara Oemoem, Bangoen, berani melancarkan penghinaan terhadap Rasulullah saw.
4 Il AquSuxmntu. 198) PulmlIslamHimImBelumla LP3ES JakarlaJilm 204-201!»le Jumlah pcscrla Naxk Haji meningkat (crux Sampai dengan 1928nwncapal1umlah 43 028…qu Jumlah im merupakan numur dua lcrhanxak selama mama kolonial Belanda
0 Response to "LATAR BELAKANG PENGHINAAN RASULULLAH SAW"
Post a Comment